Negara
maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas
pendidikan di suatu Negara maka semakin tinggi juga kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki. Sebenarnya di Negara maju atau berkembang tidak ada
perbedaan antara sumber daya manusia tetapi yang membedakannya adalah bagaimana
cara mendidik sumber daya manusia itu. Hal ini tentunya tidak terlepas dari
bagaimana cara guru mendidik sumber daya manusia tersebut. Hal ini terjadi
karena pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada kuantitas ketimbang
kualitas. Indonesia sudah sering mendapat juara di olipiade fisika dan
matematika tingkat internasional. Tentu kita sangat bangga, tetapi kebanggaan
kita tak akan bertahan lama karena yang kita kejar hanyalah kuantitas. Mutu
pendidikan kita pun diukur dari segi kuantitasnya. Padahal, kuantitas adalah
sebuah perhitungan matematis yang mudah dimanipulasi.
Ini
sangat berbeda dengan Negara Negara eropa dan amerika yang berorientasi ke
kualitas yang memungkinkan mereka punya daya dorong yang tinggi untuk berkreasi
dan berinovasi. Mereka akhirnya menemukan banyak hal dan memproduksi banyak
teori. Indonesia hanya mampu menghafal rumus untuk diuji dan tetap jadi negara
konsumtif.
Sebenarnya
hal terpenting yang harus diajarkan guru adalah pendidikan karakter. Apakah
seorang guru yang membiarkan siswanya menyontek telah mendidik siswanya
berperilaku jujur? Lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan tugas
terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak sedikit pula para
siswa mengikuti tambahan pada guru mata pelajaran tertentu demi mendapatkan
nilai bagus.
Nilai
yang dikejar oleh siswa adalah nilai kuantitatif. Tetapi nilai perilaku jarang
diperhitungkan. Rasanya nilai perilaku di rapor hanyalah sebagai niali
formalitas saja dengan menantumkan nilai A, B, atau C lain halnya dengan nilai
mata pelajaran. Apakah kita pernah mendengar syarat mendapat beasiswa adalah
nilai kejujuran atau kerapian? Yang ada hanyalah syarat nilai mata pelajaran.
Tentunya dengan system yang seperti ini siswa akan berusaha mati matian untuk
mengejar nilai pelajaran dan tidak begitu peduli dengan nilai perilaku mereka. Orientasi
pendidikan yang seperti ini sudah menunjukan dampak yang buruk bagi bangsa ini,
contohnya para pejabat yang melakukan korupsi, menurut ICW jumlah pejabat yang
berpendidikan Strata 1 ke atas yang melakukan tindak korupsi sepanjang tahun
2010 sampai 2013 berjumlah 102 orang apakah ada di antara para pejabat tersebut
pada saat bersekolah dulu yang nilai mata pelajaran atau mata kuliahnya buruk?
Pastinya mereka berasal dari kalangan intelektual yang bersekolah di
universitas ternama yang tentunya memiliki nilai yang baik tetapi nilai yang
baik itu tidak sesuai dengan kelakuan mereka. Ini karena mereka dulunya hanya
mengejar nilai dengan berbagai cara tanpa mempedulikan aspek nilai perilaku.
Hal inilah yang membuat pejabat yang melakukan korupsi mati matian mencari uang
tanpa pernah mempedulikan perilaku. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Sudah
menjadi kesan umum bahwa kurangnya pendidikan karakter di Indonesia menyebabkan
masyarakat kita memiliki mental cari gampang dan instan yang sepertinya sudah
menjadi kultur umum di mana mana. Hal ini juag menjadi penyebab terpuruknya
dunia pendidikan kita.
Pendidikan
karakter yang sangat jarang diterapkan di Indonesia adalah kejujuran. Kejujuran
memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri
sendiri dan untuk diri sendiri pula, tapi tidak ada salahnya mencontohkan
kejujuran untuk orang lain dan mendidiknya untuk berperilaku jujur. Betapa
indahnya negara ini berkembang dengan kejujuran. Tidak ada korupsi dan semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti sesuai dengan arti yang sebenarnya. Tidak
ada yang salah dengan kondisi bangsa ini karena semenjak bersekolah kita
mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan dididik untuk tidak jujur. Lihatlah,
ilmu yang kita cari tidak bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang
kita pakai untuk memperoleh nilai ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini
menjadi bangsa yang maju. Dan nilai yang kita peroleh tak pernah bisa menggeser
negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai yang kita peroleh telah mengantarkan
bangsa ini menjadi negara korupsi peringkat ke 4 di dunia. Walaupun kejujuran
tak pernah bisa menggeser negera maju nomor 1 di dunia dan mengantarkan negara
ini menjadi negara maju, tetapi setidaknya kejujuran dapat membuat bangsa ini
menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera.
Sudah
menjadi kesan umum bahwa kurangnya pendidikan karakter di Indonesia menyebabkan
masyarakat kita memiliki mental cari gampang dan instan yang sepertinya sudah
menjadi kultur umum dimana-mana. Hal ini juag menjadi penyebab terpuruknya
dunia pendidikan kita.
Hal-hal
seperti inilah yang seharusnya
diperbaiki oleh guru, mengapa? Karena seperti yang kita ketahui bahwa
pendidikan diberikan oleh guru, mulai dari TK hingga ke jenjang yang lebih
tinggi. Disini menjadi tugas guru untuk mengajarkan pendidikan karakter yang merupakan
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan
keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Agar nantinya
kita tidak hanya berorientasi kepada kuantitas namun kualitas, sehingga dapat
menjadikan bangsa Indonesia lebih baik di masa mendatang.
No comments:
Post a Comment